Object Tamasya Waduk Selorejo Jawa Timur
Object Tamasya Waduk Selorejo Jawa Timur |
Object Tamasya Waduk Selorejo Jawa Timur
Telah banyak object tamasya yang menyuguhkan bervariasi fasilitas serta kelebihan untuk mengikat beberapa turis baik lokal atau Mancanegara.
Akan tetapi object tamasya satu ini telah tersohor akan kemegahan panorama yang dihidangkan pada tempat Tamasya Alam Waduk Selorejo ini.
Object Tamasya Bendungan Selorejo ini sendiri bertempat di dusun Selorejo Kecamatan Ngantang, punya jarak kurang lebih ± 48 km dari Kota Malang.
Waduk yang telah lama terkelola oleh PT. Jasa Tirta ini jadi daya magnet tamasya yang kuat, dengan udara yang panorama dan sejuk yang begitu menarik membuat object tamasya ini menjadi salah satunya objek rekreasi favorite orang Malang Raya.
Waduk Selorejo ini diputari banyak Gunung mulai dengan Gunung Kawi, Gunung Anjasmoro serta Gunung Kelud yang membuat objek rekreasi ini lebih unggul dari tamasya yang lain yang pernah sempat di kenal.
Histori
Dusun ini dibangun oleh Raden Kyiai Poncoreno, salah orang pewaris kerajaan Mataram, yang penasihat kerohanian Pangeran Diponegoro yang larikan diri dikejar prajurit Belanda.
Semula, Banturejo yang disebut area lereng gunung Kelud, dipandang Raden Poncoreno selaku wilayah yang penting untuk bersembunyi.
Di celah persembunyian beliau, banyak masyarakat di area Ngantang yang datangi beliau untuk Ngangsu Kaweruh atau sebatas mohon arahan.
Pada akhirnya, dengan berjalannya waktu serta makin banyaknya masyarakat di Ngantang yang hadir serta nyantri ke beliau, Raden Kyiai Poncoreno lebih tersohor di area Malang Barat.
Area di mana Raden Kyiai Poncoreno, hadir, memandang, serta bangun aturan orang yang madani dan majemuk. Mbah No, kata panggilan untuk beliau yang disebut representasi suatu penghormatan untuk kedalaman pengetahuan, kearifan jiwa serta kebijakan hati ini, pada akhirnya jadi nama wilayah di mana beliau tinggal serta bangun padepokan, MBANU atau BANU.
Walau beliau kerap kali jadi figur serta pakar spirituil yang oke, baik di hal kehidupan bermasyarakat, atau di kehidupan beragama, terutama Islam, akan tetapi beliau masih tetap rendah hati.
Walau beliau sebagai satu diantara penebar Islam di area Ngantang Selatan (Kidul Konto), akan tetapi beliau masih tetap menghargakan ketidak cocokan kepercayaan tiap warga kurang lebih dan orang.
Semangat toleran ini yang di turunkan serta diberikan Mbah No, yang mana sampai sekarang masih tetap digenggam tabah orang Banturejo, serta Banu pada umumnya.
Perihal ini dipastikan dengan keanekaragaman saluran serta agama di area Banu yang geografis tidak besar kalau diperbandingkan dengan dusun-dusun yang lain.
Di desa Banu, berdiri 4 masjid. Mushola paling tua serta paling besar ini sebagai mushola jami'/mushola Agung di area Banu yaitu Mushola Baitus Salam.
Mushola yang dibuat di masa akhir masa 19 ini, dulu sebagai pangkalan penebaran agama islam di area B seputarnya dan anturejo.
Sebab pendirian Mushola jami' ini pun untuk padepokan pelajaran agama Islam, mushola jami' ini dibuat di area yang tenang serta tidak terusik hingar-bingar jalan raya.
Mushola ini berdiri di tengah daerah Banu, pasnya di kitaran depan Balai dusun Banturejo.
Disamping mushola agung Baitus Salam, di akhir tahun 1978, berbarengan didirikannya bendungan Selorejo, dibuat juga mushola A'maliyah yang administratif dibuat di atas area taman tamasya Selorejo.
Mushola ini disahkan oleh Ny. Hj. Nelly Adam Malik, istri wapres RI, Adam Malik. Mushola A'maliyah ini dibuat dengan campuran di antara arsitektur kekinian, jawa kuno, serta sedikit nuansa mandarin.
Perihal ini dipastikan dengan wujud rancangan atap yang serupa bangunan China, berbahan atap sirap ciri khas Jawa.
Diluar itu, ada mushola Lailatul Qodar serta mushola Baitus Sukur. Dua mushola paling akhir ini yaitu mushola yang barusan usai dibangun. Ada juga 2 gereja di area Banu, serta tempat peribadatan untuk Saluran Keyakinan Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Perguruan Pengetahuan Sejati.
Raden Kyiai Poncoreno sendiri disemayamkan di penguburan umum dusun Banturejo, berada di belakang balai dusun Banturejo.
Selain pusara Raden Poncoreno, ada pusara istri beliau, pusara Raden Setyowiryo, serta sejumlah pejuang Mataram lainnya.
Pusara Raden Poncoreno ini kerap kali didatangi beberapa peziarah dari beberapa wilayah di Malang, bahkan juga dari Jawa tengah terutama keluarga kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Kasultanan Ngayogjakarta Hadiningrat.
Sarana
- - Pemondokan
- - Kolam Renang
- - Jembatan Menggantung
- - Gedung tatap muka
- - Tempat makan
- - Sewa perahu
HTM
Harga ticket masuk kurang lebih Rp. 10.000
Harga ticket masuk di kebun jambu sekita Rp. 1000/orang
Get notifications from this blog